Selamat Datang di Blog MudyShare

Senin, 30 April 2012

SEJARAH "RUPIAH" NEGARA INDONESIA


Lambang Rupiah yang sekarang kita pergunakan sehari-hari, ternyata telah mengalami perjalanan yang cukup panjang.
Selama masa penjajahan Belanda dulu, karena satuan mata uang yang dipergunakan adalah Gulden maka lambang yang dipakai juga lambang dari mata uang tersebut yaitu f (florin). Tidak heran semua harga yang tercantum pada barang-barang yang dijual, termasuk juga pada kuitansi, nota pembelian dan lain2nya diberikan lambang f, seperti tampak pada gambar berikut :
 
Florin = gulden, satuan mata uang yang dipakai selama pendudukan Belanda.

Setelah Jepang masuk ke Indonesia , lambang uang yang dipergunakan ternyata masih mengikuti jaman sebelumnya yaitu florin. Jadi tidak heran semua dokumen yang ditemukan pada masa ini mencantumkan juga lambang f.Setelah merdeka , mata uang RI berubah dari Gulden menjadi Rupiah. Tetapi pada awal-awal masa kemerdekaan, lambang yang dipergunakan masih berantakan. Sebagian masih mengikuti jaman Belanda (florin), sebagian lagi sudah mulai memakai lambang Rupiah yaitu R. Perhatikan gambar di bawah ini .

Kuitansi yang berasal dari tahun 1948 memakai lambang R

Semua dokumen yang berasal pada masa2 awal kemerdekaan mempergunakan lambang RUPIAH dalam dua bentuk yaitu f dan R. Rupanya saat itu belum ada aturan baku yang mengaturnya . Tetapi lambat laun, lambang f mulai ditinggalkan dan lambang R semakin sering dipakai.
Sebuah obligasi yang berasal dari tahun 1950 masih mempergunakan lambang R.

Obligasi Rupiah 1950

Lambang (R.) ini terus dipakai pada tahun-tahun selanjutnya sampai sekitar tahun 1957, lihat contoh di bawah.

Materai Radio R.5 tahun 1957

Lalu kapan tepatnya lambang R. mulai menjadi Rp. ?
Apakah perubahannya terjadi secara langsung ataukah melalui proses terlebih dahulu?

Kedua dokumen dibawah ini bisa menjawab hal tersebut.

Pertama. Sebuah materai retribusi imigrasi yang berasal dari tahun 1959 memakai lambang yang tidak umum yaitu R besar dengan P kecil dan garis dibawahnya. Perhatikan gambar berikut.


Kedua, sebuah materai radio yang berasal dari tahun 1958 memakai simbol R besar dan p kecil, mirip dengan yang kita pakai saat ini.


Dari gambar-gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa perubahan lambang RUPIAH dari R. menjadi Rp. terjadi di sekitar tahun 1958-1959. Dimana pada perubahan tersebut mengalami proses peralihan sebagaimana pada gambar di atas.

Dengan demikian saat ini kita mengetahui bahwa lambang Rp. tidak tercipta dengan sendirinya tetapi mengalami proses yang panjang. Proses yang memakan waktu puluhan tahun.


Gulden (florin = f) sampai beberapa waktu setelah kita merdeka
Rupiah (R.) sampai sekitar tahun 1957
Rupiah (Rp.) mulai sekitar tahun 1958-1959 sampai saat ini.
Tentu saja ada masa-masa peralihan dimana lambang2 sebelumnya masih dipakai. Tetapi dengan adanya artikel ini sekarang kita menjadi tahu kapan kiranya lambang Rp. mulai dipakai. 



Berikut sejarah perjalanan rupiah dari semula 1 US$ = Rp. 1.88 hingga 1 US$ = Rp. 9 ribuan

6 Maret 1946 : 1 rupiah menjadi 3 sen. Satu rupiah Jepang disamakan dengan tiga sen uang NICA yang mulai saat itu dinyatakan sebagai pengganti uang Jepang di daerah yang diduduki Sekutu.

7 Maret 1946 : Devaluasi rupiah sebesar 29,12%. Semula US$ 1 = Rp 1,88 menjadi US$ 1 = Rp 2,6525. Akan tetapi nilai tukar US$ dipasar bebas 19,50 pada Januari 1948

20 September 1949 Devaluasi rupiah 1 US$ = Rp 3,80 Dengan catatan saldo perdagangan Indonesia sedang mengalami fase sangat tidak normal akibat kondisi perang dan revolusi

23 Oktober 1949 : Rp 100 = satu rupiah ORI (berlaku di luar Jawa dan Madura). Khusus di Jawa dan Madura, kurs penukaran adalah 5 : 1.

Februari 1952 : Devaluasi Rupiah sebesar 66,67%. Semula US$ 1 = Rp 3,80 menjadi US$ 1 = Rp 11,40. Dipasar gelap tahun 1954 1 US$ = Rp. 44,- dan tahun 1955 1 US$= Rp.48,-

25 Agustus 1959, uang harus “dikebiri” lagi. Uang kertas Rp 1.000,- (yang disebut si Gajah) dan Rp 500,- (si Macan) dinyatakan susut nilainya hingga tinggal 10%. Simpanan di bank yang nilainya melebihi Rp 25.000,- dibekukan. Maka cerita pilu pun bermunculan.

Rupiah didevaluasi dari 1 US$ = Rp. 11.40 menjadi 1 US$ = Rp. 45. Dipasar gelap 1 Us $ = Rp. 93,75 pada akhir September 1959 naik menjadi Rp. 250 akhir Desember 1959 dan Rp.550 pada akhir Januari 1960 dan Rp. 1000 pada akhir Desember 1962, Rp. 1300 akhir Januari 1963 menjadi Rp. 1900 Desember 1963

Tahun 1964 Rupiah didevaluasi 1 US$ = Rp. 250 namun dipasar gelap Januari 1964 = Rp. 2000,- Desember 1964 = Rp. 4700, Januari hingga Desember 1965 berturut-turut = Januari =Rp. 9.000, Feb = 8.500, Mar = 9000, Apr = 10.000, Mei = 10.000, Jun = 9.000, Jul = 11.000, Ags = 13.000, Sep = 12.000, Okt = 14500, Nov = 28.000, dan Desember 1965 Rp. 35.000 per Dolar AS. ‘Kejatuhan Bung Karno’

13 Desember 1965, Rp 1.000,- uang lama harus ditukarkan dengan uang baru senilai Rp 1,-. Keparahan ekonomi ini terlihat dari nilai AS $ 1 yang mencapai Rp 10.000,- uang lama (sama dengan kurs di awal 1998) atau Rp 10,- uang baru.

17 April 1970 Devaluasi 1 US $ = Rp. 378,-

Orde Baru perlahan-lahan mulai membangun perekonomian, pun dengan langkah devaluasi. Nilai rupiah dipotong 10% menjadi Rp 415,-/AS $ 1 pada 23 Agustus 1971.

“Kenop 15″ (1978) mematok AS $ 1 pada Rp 625,-. Orang miskin makin menjerit karena harga barang langsung melonjak

Karena tak sanggup menyangga rupiah, apa mau dikata, pemerintah harus memangkas lagi rupiah pada 29 Maret 1983. Dari Rp 700,- menjadi Rp 970,- per AS $ 1. Itulah mimpi buruk ketujuh.

“Pakto 88″, kependekan dari Paket Oktober 1988, berupa deregulasi perbankan dan upaya peningkatan kegairahan berinvestasi, dalam jangka pendek berhasil mendongkrak pertumbuhan. Namun, rakyat kebanyakan hanya bisa menyimpulkan, deregulasi tak lebih dari pengukuhan kejutan keuangan dua tahun sebelumnya, saat dolar AS melonjak ke angka Rp 1.600,–an.

Sejak Oktober 1997, rupiah dibiarkan mengambang bebas (free floating) sesuai pasar. Benar saja, dolar AS naik dari Rp 2.300,- ke Rp 3.100,- , ke Rp 4.000,-, melompat ke Rp 5.500,-, dan seterusnya. Pengamat pasar uang Theo Francisco Toemion mengistilahkan “rupiah terjun bebas” karena depresiasi puluhan persen tak lagi dalam kurun tahunan atau bulanan, melainkan harian.

Puncaknya adalah ketika AS $ 1 bernilai Rp 17.200,- pada April 1998, berarti rupiah terdevaluasi 750% dalam setahun. 


Sumber :  https://www.facebook.com/note.php?note_id=460717954531
                 https://www.facebook.com/note.php?note_id=324956720863119
                 http://www.indomp3z.us/showthread.php/83667-Sejarah-mata-uang-RUPIAH-INDONESIA-1946-2006

Please Visit http://translate.google.com/  for Switch to Another language

Tidak ada komentar:

Posting Komentar